Berdasarkan Letak Geografis dan Adminitratif, Kabupaten Kutai Timur terletak pada posisi 1180 58’19” sampai dengan 115058’26” Bujur Timur dan 1052’39” Lintang Utara sampai 0002’10” Lintang Selatan. Adapun batas-batas Kabupaten Kutai Timur : Sebelah Utara dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Berau, Sebelah Timur Selat Makassar, Sebelah Selatan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang, Sebelah Barat dengan Kabupaten Kutai Kartanegara.

                Berdasarkan letak Demografis, Jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Timur, pada tahun 2015 berjumlah 203.156 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Sangatta Utara yaitu 55.918 jiwa dan yang paling sedikit di Kecamatan Batu Ampar yaitu 204,5 jiwa.

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
 Hampir bisa dipastikan bahwa tidak akan ada orang tua yang merasa nyaman ketika harus mengajarkan seks kepada anaknya. Malu, risih dan sungkan adalah kumpulan perasaan yang pasti menyergap orang tua jika harus mentransfer pengetahuan seks pada anak. Perasaan ini masih ditambah pula dengan kecemasan orang tua yang kerap khawatir kalau anak yang mendapat informasi seks banyak terlalu dini, akan terdorong untuk buru-buru melakukannya.  Namun tidaklah pula bijaksana apabila orang tua menutup semua informasi tentang masalah seksual bagi proses pendidikan anak.



 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sehat dapat di artikan sebagai ; baik seluruh badan dan bagian-bagiannya (bebas dari sakit); waras. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 dijelaskan bahwa pengertian Kesehatan adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Dari beberapa pernyataan di atas saya menyimpulkan bahwa sehat adalah keadaan di mana jiwa, raga dan sosial seorang manusia dapat dirawat dengan baik dan di penuhi tugas pokok dan fungsinya, terutama sehat yang di tinjau dari segi kesehatan tubuh.
Usaha untuk menjaga agar keseharian setiap saat dalam keadaan sehat dapat dilakukan beberapa langkah berikut:



Mahasiswa, kata yang menunjukkan tingkat kedewasaan dari kata siswa. Dimana perannya pun bertambah dan sangat di harapkan oleh masyarakat. Mahasiswa sering di sebut-sebut sebagai agen of change,iron stock,social control dan moral force di mana dari julukan tersebut sepertinya membawa angin segar bagi bangsa yang sedang merintih dan menangis ini dapat menjadi lebih baik lagi. Mahasiswa di tuntut untuk tidak hanya duduk dan mengejar IPK tinggi, mahasiswa di tuntut untuk mengasah soft skill dan di larang untuk berkeluh kesah, karena mahasiswa adalah pemuda pilihan yang berkesempatan merengguk dalamnya ilmu pengetahuan.Terlepas dari berbagai presepsi masyarakat mnengenai mahasiswa, bagi saya mahasiswa adalah pemuda pilihan yang lahir dari masyarakat dan harus memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat itu sendiri agar terciptanya Indonesia yang Unggul dan Berdaya. Serperti kata pepatah “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain”.

            Kuliah Tak Gentar, sebuah gerakan yang di inisiasi oleh Beastudi Etos dalam rangka proses advokasi, sosialisasi dan motivasi kepada adik-adik SMA/Sederajat untuk melanjutkan Pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (Kuliah). Gerakan ini mucul karena Beastudi Etos menyadari bahwasanya banyak anak Indonesia yang mempunyai kemampuan luar biasa, namun enggan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (Kuliah) di karenakan keterbatasan Ekonomi. Terbukti dari jajak pendapat yang telah dilakukan, satu dari lima lulusan SMA/Sederajat tidak dapat melanjutkan kuliah di Perguruan tinggi, bukan karena tidak cerdas, melainkan karena masalah ekonomi.



Sore itu di kala sang mentari mulai merangkak turun, di temani belaian angin dan nyanyian burung, dan jingga mulai mengintip malu-malu di sebelah barat, menyatakan sebentar lagi senja akan tiba, aku kembali di sibukkan dengan rapat mingguan Pengurus Inti Despro (Desa Produktif) Benanga, di pelataran secretariat yang kami sebut sebagai ‘rumah dinas’, tempat gagasan-gagasan cerdas dan gila timbul dan di sepakati bersama, ngomong-ngomong soal cerdas dan gila bukankah perbedaanya hanya setipis selembar HVS 70 gram? Seperti halnya  Einstein yang di sebut gila dengan segala teorinya yang mendunia atau bahkan seperti salah satu anak Bangsa tentang teori mengenai pesawat terbangnya yang di ragukan dan di remehkan?